Materi Akuntansi

Pengertian Persediaan (Inventory) 

Pengertian, Fungsi dan Jenis-jenis Persediaan (Inventory)
Persediaan (Inventory)
Persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan. Keberadaannya tidak saja dianggap sebagai beban (liability) karena merupakan pemborosan (waste), tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan (asset) yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang tunai (cash).

Sistem pengelolaan persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga. Apabila jumlah persediaan terlalu besar (overstock) mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar, juga menimbulkan resiko kerusakan barang yang lebih besar dan biaya penyimpanan yang tinggi. Namun jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena seringkali barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya pelanggan.


Berikut ini beberapa pengertian persediaan (inventory) dari beberapa sumber buku:

  • Menurut Herjanto (2007), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. 
  • Menurut Warren (2005), persediaan adalah barang dagang yang dapat disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan dapat digunakan dalam proses produksi atau dapat digunakan untuk tujuan tertentu. 
  • Menurut Alexandri (2009), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi.
  • Menurut Ristono (2009), persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. 
  • Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008), persediaan merupakan idle resources atau sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. 
  • Menurut Kieso dkk (2008), persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.

Fungsi dan Tujuan Persediaan 

Menurut Render dan Heizer (2005), terdapat empat fungsi persediaan, yaitu sebagai berikut:
  1. Mendecouple atau memisahkan beragam bagian proses produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan untuk mendecouple proses produksi dari para pemasok.
  2. Mendecouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran. 
  3. Mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang. 
  4. Menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

Persediaan mempunyai peran besar dalam rangka mempermudah atau memperlancar operasi perusahaan. Adapun tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut:

  1. Menghilangkan risiko keterlambatan barang tiba.
  2. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan.
  3. Menjaga keberlangsungan produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi.
  4. Memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada konsumen dengan tersedianya barang yang diperlukan.


Jenis-Jenis Persediaan 

Menurut Render dan Heizer (2005), berdasarkan proses manufakturnya persediaan dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
  1. Persediaan bahan baku (raw material inventory). Adalah persediaan yang dibeli tetapi tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk mendecouple (memisahkan) para pemasok dari proses produksi.
  2. Persediaan barang setengah jadi (working in process inventory). Adalah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai. Adanya work in process disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk (disebut siklus waktu). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi persediaan.
  3. Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance, repair, operating, MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.
  4. Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Adalah produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan karena permintaan pelanggan dimasa depan tidak diketahui.

Sedangkan menurut Ristono (2009), berdasarkan tujuannya persediaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

  1. Persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman adalah persediaan yag dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, maka akan terjadi kekurangan persediaan (stockout). 
  2. Persediaan antisipasi. Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya. 
  3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock). Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman. Persediaan ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1) Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam transportasi. 2) Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.
  4. Pengertian Persediaan (Inventory) 

    Pengertian, Fungsi dan Jenis-jenis Persediaan (Inventory)
    Persediaan (Inventory)
    Persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan. Keberadaannya tidak saja dianggap sebagai beban (liability) karena merupakan pemborosan (waste), tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan (asset) yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang tunai (cash).

    Sistem pengelolaan persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga. Apabila jumlah persediaan terlalu besar (overstock) mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar, juga menimbulkan resiko kerusakan barang yang lebih besar dan biaya penyimpanan yang tinggi. Namun jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena seringkali barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya pelanggan.:
    • Menurut Herjanto (2007), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. 
    • Menurut Warren (2005), persediaan adalah barang dagang yang dapat disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan dapat digunakan dalam proses produksi atau dapat digunakan untuk tujuan tertentu. 
    • Menurut Alexandri (2009), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi.
    • Menurut Ristono (2009), persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. 
    • Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008), persediaan merupakan idle resources atau sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. 
    • Menurut Kieso dkk (2008), persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.

    Fungsi dan Tujuan Persediaan 

    Menurut Render dan Heizer (2005), terdapat empat fungsi persediaan, yaitu sebagai berikut:
    1. Mendecouple atau memisahkan beragam bagian proses produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan untuk mendecouple proses produksi dari para pemasok.
    2. Mendecouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran. 
    3. Mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang. 
    4. Menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

    Persediaan mempunyai peran besar dalam rangka mempermudah atau memperlancar operasi perusahaan. Adapun tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut:
    1. Menghilangkan risiko keterlambatan barang tiba.
    2. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan.
    3. Menjaga keberlangsungan produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi.
    4. Memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada konsumen dengan tersedianya barang yang diperlukan.


    Jenis-Jenis Persediaan 

    Menurut Render dan Heizer (2005), berdasarkan proses manufakturnya persediaan dibagi menjadi empat jenis, yaitu;
    1. Persediaan bahan baku (raw material inventory). Adalah persediaan yang dibeli tetapi tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk mendecouple (memisahkan) para pemasok dari proses produksi.
    2. Persediaan barang setengah jadi (working in process inventory). Adalah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai. Adanya work in process disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk (disebut siklus waktu). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi persediaan.
    3. Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance, repair, operating, MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.
    4. Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Adalah produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan karena permintaan pelanggan dimasa depan tidak diketahui.

    Sedangkan menurut Ristono (2009), berdasarkan tujuannya persediaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
    1. Persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman adalah persediaan yag dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, maka akan terjadi kekurangan persediaan (stockout). 
    2. Persediaan antisipasi. Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya. 
    3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock). Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman. Persediaan ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1) Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam transportasi. 2) Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.

Pengertian Depresiasi

Daftar isi
Apa itu depresiasi? Pengertian Depresiasi adalah alokasi yang dibuat secara sistematis untuk menyusutkan atau mengurangi jumlah suatu aset selama umur manfaatnya.
Aktiva tetap tersebut adalah harta perusahaan guna menunjang aktivitas operasional. Setiap tahun muncul biaya penyusutan terhadap aktiva tetap tersebut sebagai penggunaanya dalam operasional perusahaan.
Secara umum penerapan depresiasi atau penyusutan  aktiva tetap pada keuangan perusahaan dapat mempengaruhi laporan keuangannya dan juga perubahan pajak penghasilan perusahaan. Depresiasi seringkali dianggap sebagai kerugian dalam perhitungan nilai, namun bagi seorang akuntan yang memahami laporan keuangan dapat memandang depresiasi sebagai alat untuk alokasi biaya.
Pengertian Depresiasi Menurut Para Ahli
Untuk lebih memahami apa arti depresiasi atau penyusutan, maka kita bisa merujuk pada pendapat beberapa ahli tentang definisi depresiasi. Berikut ini adalah pengertian depresiasi atau penyusutan menurut para ahli:

1. Sofyan Harahap

Menurut Sofyan Harahap pengertian depresiasi adalah pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaanya atau dapat juga kita sebut sebagai biaya dibebankan terhadap produksi akibat pengunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi.

2. Kleso, Weygant dan Warfield

Menurut Kleso, Weygant dan Warfield pengertian depresiasi adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan biaya aset berwujud menjadi biaya secara sistematis dan nasional terhadap periode yang diharapkan dapat memanfaatkan penggunaan aset tersebut.

3. Zaki Baridwan

Menurut Zaki Baridwan, definisi depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya stai periode akuntansi.

4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Menurut PSAK No. 17 pengertian depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Metode Depresiasi dalam Akuntansi Bisnis

Dalam perusahaan terdapat beberapa metode depresiasi yang umum digunakan. Sesuai dengan pengertian depresiasi diatas, dimana mengharuskan seorang akuntan untuk menggunakan metode depresiasi yang rasional dan sistematis.
Misalnya dalam sebuah contoh studi kasus, perusahaan Anda ingin membeli mesin produksi baru untuk tujuan tertentu maka dapat digambarkan sebagai berikut:
  • Biaya Mesin Produksi Baru = Rp500 juta
  • Estimasi Waktu Manfaat = 5 tahun
  • Estimasi Nilai Sisa = Rp50 juta
  • Umur Produktif = 30 ribu jam
Dari gambaran tersebut, maka ada beberapa metode depresiasi yang bisa Anda gunakan untuk menghitung beban penyusutan keuangan perusahaan Anda, diantaranya:

1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)

Metode ini disebut juga Straight-Line Method dan merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Metode ini fokus pada penyusutan sebagai fungsi dari waktu dan bukan dari fungsi penggunaan.
Rumus perhitungannya sebagai berikut:
  • Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) : (Masa Manfaat Aset)
  • Beban penyusutan = (Rp500 juta – Rp50 juta) : 5 = Rp 90 juta
Namun penggunaan metode ini dinilai kurang realistis karena kegunaan aktiva sama setiap tahunnya.

2. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)

Metode ini merupakan metode penyusutan dipercepat dimana menyediakan biaya penyusutan lebih tinggi pada tahun awal dan beban rendah pada periode selanjutnya. Fokus utama pada metode ini adalah beban penyusutan lebih banyak pada tahun awal karena aktiva mengalami penurunan pada tahun tersebut.
Metode ini dibagi menjadi dua bagian yaitu

A. Metode Jumlah Angka Tahun

Perhitungan penyusutannya menggunakan pecahan dengan pembilang angka tahun (5+4+3+2+1=15) dan jumlah tahunnya menjadi penyebut. Pada metode ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15 dan 1/15). Berikut ilustrasinya:

TahunHarga Perolehan 
(Rp)
Pecahan PenyusutanBeban Penyusutan (Rp)Akumulasi Penyusutan (Rp)Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
1450.000.0005/15150.000.000150.000.000350.000.000
2450.000.0004/15120.000.000270.000.000230.000.000
3450.000.0003/1590.000.000360.000.000140.000.000
4450.000.0002/1560.000.000420.000.00080.000.000
5450.000.0001/1530.000.000450.000.00050.000.000

B. Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun menggunakan biaya penyusutan (dalam persentase) berupa beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Misalnya, tarif saldo menurun berganda untuk aktiva 10 tahun akan menjadi 20% (dua kali biaya garis lurus, yaitu 1/10 atau 10%). Berikut ilustrasinya:
TahunHarga Perolehan (Rp)Nilai Buku Awal Tahun (Rp)TarifPenyusutan (Rp)Akumulasi Penyusutan (Rp)Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
1500.000.000500.000.00040%200.000.000200.000.000300.000.000
2500.000.000300.000.00040%120.000.000380.000.000180.000.000
3500.000.000180.000.00040%72.000.000428.000.000108.000.000
4500.000.000108.000.00040%43.200.000456.800.00064.800.000
5500.000.00064.800.000-14.800.000485.200.00050.000.000

3. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)

Pada metode ini mengansumsikan penyusutan sebagai fungsi dari produktivitas atau penggunaan dan bukan dari segi berlalunya waktu. Dengan gambaran diatas, penentuan umur penyusutan mesin produsi tidak memiliki masalah tertentu karena penggunaan relatif mudah diukur.
Misalkan mesin produksi digunakan 4.000 jam di tahun pertama, maka beban penyusutannya dapat dihitung sebagai berikut:
Beban penyusutan = [(Rp 500 juta – Rp 50 juta) x 4.000]: 30 ribu = Rp60 juta.
Namun metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat digunakan pada situasi penyusutan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.

4. Metode Depresiasi Khusus

Dalam pengertian depresiasi sudah dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk mengetahui penyusutan manfaat aset perusahaan. Namun pada beberapa khasus, perusahaan tidak bisa memilih salah satu metode depresiasi diatas karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik atau membutuhkan penerapa khusus.
Ada dua metode khusus yang bisa Anda terapkan pada kasus tersebut yaitu:
  • Metode kelompok dan gabungan; sering digunakan pada aktiva yang cukup homogen dan memiliki fungsi yang hampir sama.
  • Metode campuran dan kombinasi; diterapkan sesuai dengan keinginan akuntan.










Komentar